- Deskrpitif
- Analitik
Misal indonesia membuat kebijakan harga oobat, harus survei dulu dengan ranpE.
Atau klo suatu badan pom membuat kebijakan apakah obat itu boleh digunakan dalam waktu panjang atau tidak, itu merupakan survei epidemiologi yang harus bisa di analisis.
Cohort study, ada suatu faktor resiko yang bisa menyebabkan efek tertentu itu. Efek tertentu itu diamati kedepan. Benar g ada hubungan antara faktor resiko dengan efeknya yang terjadi. Meskipun untuk sebagian kahsus tertentu, ada juga kohort studi itu retrospektif.
Masing masing diamati efeknya, ada yang efek negatif, ada yang efek positif,
Rp, rasio prevelansinya… lebih mengamati prevalensi suatu penyakit.
Langkah – langkahrancangan cross sectional "
contoh sederhana, contoh ini bisa di kembangkan..
BKP itu sebagai efek yagn ditimbulkan…
Dengan desain cross sectional…
Setelah ditenfikasi variebale, maka kita lakukan penetapan subyek penelitian, tetapkan populasi terjangkau, artinya populasi yang bisa terjangkau, artinya populasi yang bisa terjangkau, misal di batasi satu kecapamatn, atau dua kecamatan, dari populasi terjangkau ini tidak semua menjadi sampel, misal jumlah sampel kita batasi misal 250 anak.
Mengamati dan melakukan faktor resiko itu serempak.. Kemudian data – data di analaisis
Kelebihan kross sectional :
Jadi efek yang panjang, klo tadi batuk berulang kan panjang, kronik. Klo pilek kan g panjang…klo efeknya panjang, itu bisa menyaksikan itu…efek yagn ditimbulkan itu, efek kecantikan…
Klo kasus yang jarang, sulit, karena subyeknya Cuma daapt satu atau dua…
Alternatif kedua, yaitu dengan case control studi
Antara kelompok kasus, dan kelompok kontrol harus matching. Kita melakukan studi retrospeketif, faktor resiko itu ada positif ada negatif. Lalu di lakukan analisis odd ratio…..
Contoh lain yang keluar ujian.
Ada faktor resiko yagn diamati, cara pemotongan tali pusat yang tidak steril, ini mungkin ada di daera daerah…sering kali pake bilah bambu
Peneliti melihat kok di kecamatan A banyak yang meninggal, kenapa ya? Ada kasus,. Peeliti melihat kasus, kemudian diduga, kemungkinan cara memotong tali pusar tidak seteril, kemudian di desain, studi kasus kontrol..karena kita melihat kasus dulu..
Kemudian kita datangi di kecamatan, misal tahun 2005 2006, kita lihat, kemudian di catat, ditemukan data yagn banyak sekali, kemudidan dicatat, dan di masukkan katogori….
Karies gigi, anak anak kok giginya keropos
Misal kanker, juga bisa begitu…ada makanan yang di konsumsi
Di analisis odd ratio, dengan konfedential intervalnya…
Dia megnenbavalisis frutits dan vegalebesl dan gstm1, dan gstt 1 , menggunakan cas control studi, casusk ada 149 , kemudian dia naalis dengan odd ratio, ketemuanya 0, 66. dia menemukan bahwa konsumsi intake makanan yagn dierbus dan tidak di rebus ternyata berbeda…lebih bagus yang tidak di rebus…model penetlitian ini bisa dikembangkan untuk penyakit penyakit lain…
Yang di amati pemetabolisme fase dua, ada dua , GSTM 1, dan GSTT 1, ini isoform dari GST, berperan pada metabolisme netralisasi pada eleimasi, ketika karsinogen masuk di aktifasi, kemudian di eleminasi oleh enzim ini, kemudian di eleiminasi, klo gen itu ada mutasi atau terjadi polimorphisme, maka tidak mungkin terjadi eefeketif untuk eliminasi sehingga terjadi kanker, tapi resiko ini bisa di cegah dengan terjadinya konsusmsi antioxidan ang asalanya dari sini. Di amati , ada g pngaruhnya, ternyata GST 1 tdak memberikan pengaruh, mungkin GST yagn lain, ini menganalisisnya lebih komplikated, karena banyak faktor yagn diamati…nanti silakhakn di baca sendir….
Efeknya satu, tapi faktor resiko yagn diamati bayanyak, misal diet aja ada yang vegetable yagn direbus, ada yagn tidak. Tapi ini nanti ditanya pada subyeknya,……..
Kelemahannya daya ingat responden kurang baik, catatan medik tidak akurat–biasa data…
Validatasi informasi sukar di peroleh.
Kontrol dan kasus sering tidak seimbang dalam faktor eksternal, yagn satu tinggal dimana yagn satu dimana, kebiasan buruknya gimana yagn sat, yang satu gimana…klo faktor resiko bisa kita amaati bisa lebih dari satu…nanti klo kita membaca jurnal, akan kita temukan juga model model case control studi yang banyak…
Cohort studi, sama langkah lang
Resiko relatif (RR)..
Klo case kontrol tadi efek positif efek negatif baru faktor resiko, klo ini faktor resiko dulu, nah baru efek…
Ini juga menarik, ini bisa untuk reseach research obat,
Contoh,
Klo ibu itu terkekspose asap rokok dan dia hamil, maka akan memberikan efek itu, faktor resioko menghirupkan efek rokok itu tadi, trus bayi yang lahir kita duga kecil. Beda dnegan tadi, kase control, ada kanker, kita lacak ke belakang, penyebabnya apa.. Klo ini, ada faktor resiko dulu, pertanyaan penleitian?
Di lakukan pengukuran, cari ibu – ibu yang hamil, 30 ibu, suami emerkokok tidak, oh iya merekokok, jadi kohortnya, trus ini ibu, suaminya merekok g, enggak, trus jadi kontrolnya…
Kelebihannya, desain ini terbak untuk menentukan insidensi perjalanan penyakit, karen mengamatinya kedepan. Juga mengataim cornet assay jug akedepan subyeknya…dia meroko dan tidk, catatan lebih psti di banding case control tadi. Pilihan terbaik untuk kasus yagn bersifat fatal, dapat menerangkan hubungan faktor resiko dengan efek secara ebih jelas., efeknya yang satu faktor resiko , efek yagn diamati bisa diamati banyak, karena kita mengamati perjalanan ke dapan, prospektif..
Sarana dan biaya tinggi, sebagai subyek kan g mau gratis, biasanya kan di bayar…klo minta byaran sebulan seratus ribu, klo dua bulan berapa…nah, klo banyak orang piye?pasti mahal.
Misal merokok tapi jauh,tau tobat merokok, atau yang kontrol tadi, tiba – tiba kumat, merokok…
Yang terakhir menimbulkan masalah etika…itu akan memberikan resiko buruk, malah kita support karena takut drop out…
Leave a Reply